Lagi searching data tentang ODHA buat gambaran action gw sebagai leader di GCC, tiba-tiba gw inget suatu hal. Kejadiannya saat gw sekolah. Yah, masih tergolong baru, karena gw aja lulus SMA taun ini. Suatu hari saat pelajaran agama (lupa materinya apa) gurunya tiba-tiba ngomongin soal sex before merried.
Pertamanya gw pikir beliau akan menyampaikan hal-hal supaya kita tidak melakukan kegiatan yang sangat dilarang agama. Tapi, tiba-tiba merembet rembet tentang HIV/AIDS. Menurutnya buat apa sih banyak orang yang ngadain seminar-seminar tentang ini? Jelas ga berguna dan ga mendidik. Apalagi disekolah ini juga di adakan.
JLEB. Rasanya kaya di tusuk piso dapur emak gw (lebay). Kenapa?
Karena belum lama dari si bapak bicara hal ini, gw & temen-temen ngadain seminar sex education+hiv/aids. Kontan, pas ngumpul organisasi heboh bener deh stafnya. Ternyata tidak hanya dikelas saya saja, tapi dikelas lain juga. Grrr.. Gw pikir orang-orang disekitar gw ga ada yang mendiskriminasi ODHA. Ternyata pikiran gw selama ini salah. Tapi, beliau memang sudah sepuh, jadi maklum aja klo masih berfikir sangat kolot. Hmm.. Kamipun berfikir, apa yang bisa kita lakukan supaya virus diskriminasi tidak menjadi epidenmi.
Oke, tercetuslah untuk membuat mading. Sayangnya kegiatan ini kurang efisien, kalau pendekatan individu kesesama teman tidak dilakukan. Mulailah kami untuk tak henti-hentinya menyuarakan bahwa ODHA tidak boleh di jauhi. Mereka teman & saudara kita juga. Sehingga odhapobia pun tidak terjadi. Respon terhadap kepedulian hiv/aids cukup baik. Sampai akhirnya kami mengadakan suatu kegiatan saat HAS.
Yaitu penyematan pita merah yang dilakukan oleh anggota organisasi kami. Sungguh di luar dugaan, beratus ratus pita yang disediakan ludes, bahkan kurang. Banyak banget yang minta.
Tapi ternyata ada yang tidak setuju dengan kegiatan kami. Memang tidak secara langsung diungkapkan, tapi dapat disimpulkan dari sikap mereka.
Siapakah mereka itu? Para petinggi organisasi keagamaan yang juga saya ikuti. Wow.. Ajaib, ternyata waloupun kita satu organisasi tapi pikiran kita berbeda. Yah, mungkin kalau saja saya bukan anggota dari organisasi itu, sudah terjadi perang di antara kami dan mereka.
Heran sungguh heran kenapa antipati terhadap isu seperti itu justru terjadi dikalangan agamawan? Bukankah semustinya mereka itu bisa menjadi agen yang bisa membantu para ODHA move on? Dengan bimbingan agama, teman-teman kita bisa kembali hidup sehat. Hidup sesuai dengan kaidah, walaupun didalam tubuhnya terdapat hiv. Agar tidak terjadi jarak yang cukup jauh antara ODHA & para agamawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar