Sugeng Rawuh

Sugeng Rawuh
Selamat Datang

Semua Catatan Keisengan dan Keanehan saya

Hanya menulis yang saya rasa. Terimakasih

Jumat, 24 Februari 2012

Bebas ya Bebas

Waktu itu seorang temen gw entah ngetes, entah ngledek, entah apalah, ngasih pertanyaan begini ke gw "eh Sulis ntar kalo lo dianggap pergaulan bebas gimana? Pertanyaan ini terlontar waktu gw curhat masalah pandangan sebagian orang disekitar gw yang punya pemikiran agak berbeda dengan gw. Wakakaka gw tau tuh orang cuma bercanda dengan pertanyaan aneh bin ga jelas ini.

Oke tapi buat apa gw cuma nulis disini cuma buat curhat doang dengan cerita gantung.

Jadi dengan santainya gw bilang "yang namanya bergaul kan harus bebas?" iyalah ga boleh ada yang ngekang mau bagaimana cara bergaul kita. Sama seperti melakukan hubungan seks. Saat ini penggunaan seks bebas udah ga lagi dipake kenapa? Karena sebenarnya konotasi seks bebas ini ambigu. Tidak jelas apa definisi dari seks bebas.

Melakukan hubungam ini memang harus bebas kok. Bebas memilih pasangan yang kita mau. Waktu yang menurut kita pas. Tidak ketinggalan tempat yang nyaman. Semua itu memang ada konsekuensinya masing-masing. Tapi apakah dalam bergaul, melakukan hubungan seks, dll, harus ada yang membatas-batasi? Tidak semua orang berhak memilih apa yang ingin mereka lakukan. Toh segala perbuatan kita pasti ada konsekuensinya yang ditanggung oleh si pelaku bukan orang lain.

Minggu, 19 Februari 2012

Masih Kondom lagi

Masih lanjutan yang kemarin gw post. Nah ternyata perbincangan itu berlanjut lagi. Tapi maap-maap nih ye, klo ujung-ujungnya jadi ga nyambung (bukan gw bukan gw)


  • D
    Gw selalu tertarik nih sama posting R sangat kritis!!
    tapi kalo mnurut gw ya gom, gw share aja nih, gw udah lumayan blajar etologi (kelakuan hewan) khususnya bidang etologi manusia (psikologi) wkt itu iseng2 blajar buat OSN bio, jadi dalam psikologi etologi manusia, ada yang disebut sama classical conditioning atau Pavlovian association (operant conditioning). Asosiasi ini maksudnya adalah pola pikir yang menggabungkan suatu hal yang berulang2. Contohnya (penelitian Ivan Pavlov) anjing selalu diberi makan apabila ada bunyi lonceng, maka dalam waktu yang sering terjadi, anjing tersebut apabila dibunyikan lonceng maka air liurnya akan keluar menandakan ia tergiur akan makanan yang akan disediakan (padahal tidak ada makanan). Hal tersebut bisa (pasti) terjadi pada manusia, dengan adanya kondom di coklat (yang bebas dimakan smua org) yang dijual maka anak kecil (yg blom mengerti) akan bertanya-tanya mengenai apa guna alat itu (memang alat tersebut patut untuk dijelaskan kegunaannya namun ada batasan umur yg digunakan untuk itu (diatas golden age, dimana kemampuan ingatan balita sangat tinggi, dimana trauma sering terjadi dalam tahap pertumbuhan ini)). Maka dengan sifat anak2 yaitu learning, ia akan mencoba2 alat ini. Dan dengan adanya hal itu, lama kelamaan apabila ia membeli coklat ia teringat dengan kondom dan mencoba memakainya (terus dalam tahap teen age). Naah makanya hal seperti ini yang dimanfaatkan oleh produsen (seperti rokok, dengan iklannya) untuk memasarkan produk mereka. Masalahnya adalah yg dijual it's not appropriate for children but we can't make it inappropriate because the thing that attach in it is appropriate.
    CMIIW! kayaknya ini bagus ya buat bahan penelitian gw selanjutnya hahaha (tapi kontroversial siih)
    12 February at 19:48 · · 1

  • R Setelah gue tanya temen gue yang dari psikologi (nyari bala bantuan ceritanya haha) prinsip classical conditioning tidak applicable dalam hal ini (coklat jadi mau coba kondom atau analogi coklat-kondom apapun yg Anda maksud). Coklat itu diasosiasikan dengan rasa enak, jadi prinsip classical conditioning yg benar adalah kalau kita membayangkan coklat, air liur kita akan keluar (padahal coklatnya tidak ada). Di sisi lain, melihat dan memegang kondom tidak akan memunculkan respons seksual karena secara umum respons seksual manusia itu berasosiasi dengan tubuh manusia bukan dengan benda.

    Orang yg secara seksual tidak aktif tidak akan menggunakan kondom untuk berhubungan seks. Dengan demikian pemberian kondom tidak akan mendorong seseorang untuk pakai kondom karena attitude tidak sama dengan perilaku.
    13 February at 19:27 ·

  • D oh gitu gom hahaha, bagus nih buat masukan buat gw. Emg menarik diskusi ini, gw salah satu org yg sangat mendalami biologi evolusi khususnya dalam sudut pandang perilaku hewan cukup banyak hewan yang sudah gw teliti dari dulu hingga sekarang dari semut hingga owa jawa :D .Sebenarnya memang benar, etologi adalah ilmu perilaku hewan dan tidak bisa diterapkan pada manusia secara langsung, karena secara teori manusia memiliki perilaku lebih tinggi dari hewan makanya ilmu nya bercabang menjadi etologi-->sosiobiologi-->psikologi manusia. Sayangnya psikologi manusia kurang gw dalami. Dalam melihat hal ini gw hanya bisa menghubungkan hal tersebut dengan etologi yg mana masih kurang akurat. Dalam evolusi biologi parameter etologi yang dilhat adalah berdasarkan behavior nature dan nurture (Campbell, Biology 9ed). Yang menarik adalah apakah gen baik homoseksual maupun heteroseksual akan muncul kembali dalam generasi ini (akibat hal-hal salah satunya semacam masalah ini) yang setelah sekian lama tereleminasi dan terisolasi baik geografi dan seksual (Geographical and Sexual Barrier) serta tekanan budaya? Dapatkah pertumbuhan gen ini teridentifikasi? Bagaiman perselisihan gennya seperti yang kita ketahui bahwa gen adalah egosi (Selfish Gene, Richard Dawkins, Oxford University)? Siapa yg akan survive homo, hetero atau normal? Bisakah dihitung lewat Intraspecific Competition of Lotka-Volterra equation, dimana setelah era globalisasi kesetimbangan Hardy-Weinberg menghilang? Gw rasa agak susah karena manusia lebih kompleks dari hewan. Intinya gw gak bisa menyimpulkan karena ini bukan bidang gw, Peneliti selalu berbicara fakta dan tidak pernah berbicara hal yg tidak ilmiah. Menarik nih, fix gw ambil tema ini buat penelitian Peneliti Muda LIPI tahun depan hahaha :D
    13 February at 22:17 · · 1

  • Nah jadi ceritanya setelah si D komentar mengenai segi psikologi. Okey gw sadar pemahaman gw soal psikologi sangat kurang. Tapi bukan berarti gw iya iya aja, gw & temen gw si R nanya langsung ke orang yang udah jelas-jelas lulusan psikologi UI. Lalu seperti itulah jawabannya, seperti yang dituliskan si R.

    Tapi sumpah ngakak abis gw ngeliat comment terakhirnya. Yakali, bodo amat deh soal lo mau jadi peneliti atau apa.

    Minggu, 12 Februari 2012

    Kondom Eh Kondom

    Buat apa sih latian make kondom, lo mau melakukan hubungan sex sama siapa?
    Yeh yang namanya belajar kesehatan reproduksi hal seperti ini juga perlu dipelajari lagi. Kondom itu berguna sekali untuk pencegahan Infeksi Menular Seksual atau disingkatnya IMS. Siapa tau temen, saudara bahkan diri kita sendiri akan memerlukannya dikemudian hari. Nasib seseorang siapa yang tau?
    Bisa aja dikemudian hari lo dapet pasangan yang terinveksi HIV, apa mau lo yang sehat ketularan juga? nggak kan?
    Atau temen lo karena suatu hal harus melakukan hubungan sex dengan berganti-ganti pasangan, apa lo tega ngliat dia terkena IMS karena akses informasinya yg kurang? kalo gw sih nggak ya, ga tega.
    Itu baru dua contoh, sebenernya masih banyak kasus-kasus yang salah satu penyelesaiannya ya dengan memakai kondom.
    Masalah hukum agama?
    Ya gw tau kalo melakukan hubungan sex di luar nikah itu haram, dan gw yakin banget dengan itu. Tapi ini hidup gw, ini pilihan gw, ini diri gw, ga ada hak gw buat seenaknya maksa mereka disana untuk sama seperti gw.
    Buat praktisi, aktivis, atau orang yang peduli dengan kesehatan bukan masalah dosa apa nggak, yang terpenting sih bagaimana menghambat penularan penyakit menular seksual itu.

    Jadi lucu aja, saat seorang ngaku duta HIV tapi liat yang beginian aja dibilang parah




    Sehingga menghasilkan perbincangan seperti ini
    • Ri
      al****rt ya?

    • M : gak tau saya -_-

      ini nih, pengelola (pembeli waralaba) yang gak bertanggungjawab, bikin tambah rusak nama waralaba yang dibelinya -_-"
      Jumat pukul 21:50 ·

    • Ri : bodoh bgt
      Jumat pukul 21:51 ·

    • anak polos kaya gue boleh beli g nih?
      Jumat pukul 21:55 ·

    • S : Kalo menurut gw itu kan hak orang untuk berdagang, lagi pula ga semua orang di daerah itu muslim yg taat kan? nah yg muslim & tau+yakin bahwa itu ga boleh ya ga usah ikutan beli..
      Jumat pukul 22:39 ·

    • R :
      Mhalo, maaf ya jebe komen :). Menurut gue, kenapa sih kita selalu pasti aja sensitif kalo liat benda yang satu itu: kondom? Kenapa kondom selalu diasosiasikan sebagai pembenaran hubungan seks? Emang ada tulisan di kondomnya, atau di silver queen-nya kayak gini: "abis makan coklat, ML yaa pake fiesta". Nggak ada kan? Jadi hadian kondom itu jangan diliat sebagai sesuatu yang jijik, apalagi merusak moral deh.

      Hubungan seks itu juga kan pilihan masing2 orang, ditanggung risikonya masing2. soal agama dan kepercayaan, semua punya keyakinannya. kalo nggak mau melakukan hubungan, silakan. kalo mau melakukan, harus tau risikonya. kondom? ya fungsinya untuk mencegah kehamilan dan mencegah penularan infeksi menular seksual + HIV.

      Jadi kenapa harus dibilang parah? Gak ada keharusan buat pake kondomnya kok. Dibuang juga gapapa. Tapi sayang sih, kenapa nggak dipake buat latihan, just in case kalo ingin melakukan hubungan seks suatu hari. Makasih :)
      Jumat pukul 22:43 · · 2

    • A :
      R hola jg bro,,,tp itu kan merupakan sarana untuk mempermudah hubungan free sex,,,
      it's ok kalau yang beli udah dewasa dalam pengertian emotional dan pemikiran kalau yang beli itu anak sma yang mau kasih ke pacarnya kan niatny cm mau ngasih coklat malah timbul niat lain ya itu untuk berhubungan seks,, kita kan di negara yang mayoritas muslim seenggakny hargailah dan hormati donk ,,,toh umat muslim di iindonesia jg g ngelarang adanya penjualan kondom diwaralaba2,,,, ya tau dirilah yg minoritas jgn maunya minta dihargai/toleransi terus tapi mereka sendiri gak pernah menghargai apa yg udah mayoritas kasih,,,

      @skenapa gak pola pikirnya aja yang diubah misalny cokelatny dipisah sma kondomnya, kan itu lebh baik ya secara umat islam masih mayoritas seharusny pihak waralaba memahami donk, bukan malah merusak moral para kaulamuda,,,apalagi moment valentine ini,, dari dulu juga cokelat sama kondom udah dipisah kan,,,
      seenggakny itu kan udh memberikan suggesti yg kurang baik pada si pembeli coklat, kalau kondom sm coklatny digabung.
      tadinya cm mau cokelat eh malah jd mau yg lain,,
      Kemarin jam 0:42 · · 2

    • M
      setuju bung di atas, kenapa harus digabung...
      Terserah si penjual? terserah juga akibatnya nanti... Gak hanya mempermasalahkan valentine, coklat, kondom, dan seks. Gw juga mempermasalahkan nama waralaba yang dibelinya, kalo dilihat dari penjelasan Abdul di atas, bakal banyak orang yang berpikiran negatif, lalu efeknya akan menimbulkan kesan buruk terhadap waralaba bersangkutan, dan yang dirugikan adalah orang banyak (pemilik waralaba dengan nama yang sama seluruh Indonesia)
      Kemarin jam 7:54 ·

    • R :
      A oh, jadi menurut lo kondom di coklat itu jadi 'merangsang' konsumennya buat make ya? Hmm kembali ke orang2nya sih gue nggak mau menyalahkan atau membenarkan karena kan setiap orang punya dorongan seksual masing2. Tapi kalo kita bisa lebih cerdas menilai, sebenarnya masalah bukan ada pada kondom, tapi pada otak masing2 orang aja. Kenapa kondom dibilang sarana mempermudah karena pikiran orang langsung tertuju kepada seks ketika liat kondom. Kenapa nggak kita liat sebagai alat pencegah kehamilan, pencegah HIV, pengaman? Maksud gue gini lho, kalo misalnya hadiah kondom itu diganti sama pil KB, apakah masih mau dibilang "parah", "mempermudah hubungan seks", dsb? Coba diliat dari sisi yang sehat dan nggak curigaan deh, semoga bisa membantu.

      Terus, soal mayoritas-minoritas, gue kurang setuju tu. Kenapa kesannya jadi seolah2 mayoritas yang kasih kenyamanan pada minoritas dan minoritas harus tau diri ya? Seolah2 minoritas harus yang terima kasih kpd mayoritas krn diperlakuan baik. Kok kita lihatnya dari segi mayoritas minoritas ya? Menurut gue, respect itu ga ada hubungannya sama siapa yang mendominasi. Respect itu buat ke semua manusia, karena kita beradab. Dan kondom itu, baik dia nempel di coklat ataupun enggak, sebenernya nggak melecehkan siapapun. Itu hanya asumsi dari kekhawatiran yang mengatasnamakan kelompok. Nggak buruk menurut gue, selama kita nggak jadiin sentimen mayoritas-minoritas itu sbg pembenaran bhw karena yang mayoritas adalah golongan tertentu, maka yang lain mesti "maklum". Menurut gue nggak fair aja dan kalo situasinya dibalik, tentu sama nggak fair-nya. Gitu.

      M oh itu sih urusan pasar dan asumsi masyarakat ya. tapi yang pasti kondom di coklat itu strategi pasar kan.
      10 jam yang lalu · · 1

    • S :
      Itu sih tergantung dari diri masing-masing ya, semua hal yang kita lakukan kan ada konsekuensinya. Kita ga bisa maksain semua orang harus sama dengan kita. Mereka punya pilihan masing-masing. Mau dipisah bagaimana pun antara coklat & kondomtidak menjamin akan lebih baik. Justru ketidaktahuan masyarakat (yg membutuhkan) dengan penggunaan kondom justru membuat keadaan semakin buruk, sebab akan lebih banyak penularan penyakit kelamin. Dengan diletakannya kondom disitu juga bukan berarti moral tidak akan rusak. Pengetahuan yang kurang justru itu yang akan merusak moral, karena taunya cuma ga boleh atau boleh tanpa tau konsekuensi yang didapat. Kalo emang udah yakin bahwa melakukan hubungan sex diluar nikah itu salah ya ga bakal ngelakuin kok.

      Oh iya sekedar info orang dngan HIV positif jika menikah dengan orang yang negatif HIV, mereka harus menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Nah klo disaat valentine mereka ingin melakukan yg spesial spesial apa disebut merusak moral juga?

      Masalah mayoritas minoritas, ya sama-sama tau diri aja lah. Jangan saling berpikiran negatif.
      10 jam yang lalu · ·
      1

    Jumat, 10 Februari 2012

    Insomnia

    Sekarang ini kebiasaan baru gw ga akan bisa tidur sebelum jam 12. Bisa tidur jam 12 malem aja udah sesuatu banget yang wajib disyukurin. Ga ngerti deh se capek apapun gw (seperti saat ini) tetep aja gw ga bisa tidur diwaktunya. Ini namanya Insomnia kan iya kan? bener ga?
    Oke lanjut....
    Padahal pulang tadi badan gw lemes banget udah minta diajak rebahan aja. Tapi begitu gw tunda dikit aja, paggilan alam itu menghilang begitu aja. Nah sekarang ini adalah saat gw bener-bener galau, mau ga tidur badan udah ga kuat, mau tidur juga ga bisa.
    Hmm.. mungkin ini adalah efek gw mikirin ini itu yang ga kelar-kelar kali ya?
    Butuh relaksasi bener-bener butuh relaksasi -_____

    Minggu, 05 Februari 2012

    Sombong

    Nyeh beberapa waktu ini ada beberapa orang lama dihidup gw yang muncul kembali. Lazimnya mereka nongol tiba-tiba di chat facebook. Mau tau isinya apa?
    "Hai Sulis sombong nih"
    "Halo sekarang udah kuliah ya, jangan sombong dong"
    "ciye anak UI, udah ga kenal nih sama kita-kita"
    dan sapaan-sapaan lainnya.
    Pertamanya gw pikir apa iya sih gw beneran jadi sombong?
    Setelah gw pikir-pikir kenapa yang nyapa gw itu dari kelompok yang sama?
    Gw jadi inget saat-saat SMA waktu itu. Kelompok itu emang deket sama temen-temen gw.
    Lalu bagaimana dengan gw?
    Ya, mereka juga terlihat seperti temen gw juga. Tapi lebih tepatnya gw di tempatkan sebagai objek tertawaan mereka. Secara tidak langsung gw di bullying lah. Beda loh cara bermain mereka antara ke temen-temen gw yang cantik, pinter, populer, terlihat bagaimana, dibandingkan dengan gw yang alakadarnya begini. Bahkan mereka meragukan kemampuan gw disegala hal. *miris.
    Mulai saat itu gw putuskan untuk menjaga jarak dengan mereka. Perlahan, perlahan gw menjauhkan pergaulan saya dengan mereka. Saya mencari teman yang bisa menerima gw apa adanya, yang bisa membimbing gw, bisa mendukung gw, dan tak ketinggalan memberi energi positif pada diri gw. Sampai saat ini, saat gw telah mencapai salah satu rangkaian tahapan mencapai kesuksesan gw dan membuktikan bahwa gw gak seburuk yang mereka kira.
    Nah kenapa mereka tiba-tiba datang tak di jemput? (apa sih)
    Menurut asumsi gw (gapapa lah ya narsis dikit) mereka kagum dengan gw yang sekarang. Lalu mereka juga telah ditinggalkan oleh teman-teman gw yang sesuatu banget itu. :D
    Hahaha.. Gw percaya banget loh kalau hidup itu terus berputar.
    So hati-hati dengan cara bergaul kalian kawan :p