Sugeng Rawuh

Sugeng Rawuh
Selamat Datang

Semua Catatan Keisengan dan Keanehan saya

Hanya menulis yang saya rasa. Terimakasih

Minggu, 12 Februari 2012

Kondom Eh Kondom

Buat apa sih latian make kondom, lo mau melakukan hubungan sex sama siapa?
Yeh yang namanya belajar kesehatan reproduksi hal seperti ini juga perlu dipelajari lagi. Kondom itu berguna sekali untuk pencegahan Infeksi Menular Seksual atau disingkatnya IMS. Siapa tau temen, saudara bahkan diri kita sendiri akan memerlukannya dikemudian hari. Nasib seseorang siapa yang tau?
Bisa aja dikemudian hari lo dapet pasangan yang terinveksi HIV, apa mau lo yang sehat ketularan juga? nggak kan?
Atau temen lo karena suatu hal harus melakukan hubungan sex dengan berganti-ganti pasangan, apa lo tega ngliat dia terkena IMS karena akses informasinya yg kurang? kalo gw sih nggak ya, ga tega.
Itu baru dua contoh, sebenernya masih banyak kasus-kasus yang salah satu penyelesaiannya ya dengan memakai kondom.
Masalah hukum agama?
Ya gw tau kalo melakukan hubungan sex di luar nikah itu haram, dan gw yakin banget dengan itu. Tapi ini hidup gw, ini pilihan gw, ini diri gw, ga ada hak gw buat seenaknya maksa mereka disana untuk sama seperti gw.
Buat praktisi, aktivis, atau orang yang peduli dengan kesehatan bukan masalah dosa apa nggak, yang terpenting sih bagaimana menghambat penularan penyakit menular seksual itu.

Jadi lucu aja, saat seorang ngaku duta HIV tapi liat yang beginian aja dibilang parah




Sehingga menghasilkan perbincangan seperti ini
  • Ri
    al****rt ya?

  • M : gak tau saya -_-

    ini nih, pengelola (pembeli waralaba) yang gak bertanggungjawab, bikin tambah rusak nama waralaba yang dibelinya -_-"
    Jumat pukul 21:50 ·

  • Ri : bodoh bgt
    Jumat pukul 21:51 ·

  • anak polos kaya gue boleh beli g nih?
    Jumat pukul 21:55 ·

  • S : Kalo menurut gw itu kan hak orang untuk berdagang, lagi pula ga semua orang di daerah itu muslim yg taat kan? nah yg muslim & tau+yakin bahwa itu ga boleh ya ga usah ikutan beli..
    Jumat pukul 22:39 ·

  • R :
    Mhalo, maaf ya jebe komen :). Menurut gue, kenapa sih kita selalu pasti aja sensitif kalo liat benda yang satu itu: kondom? Kenapa kondom selalu diasosiasikan sebagai pembenaran hubungan seks? Emang ada tulisan di kondomnya, atau di silver queen-nya kayak gini: "abis makan coklat, ML yaa pake fiesta". Nggak ada kan? Jadi hadian kondom itu jangan diliat sebagai sesuatu yang jijik, apalagi merusak moral deh.

    Hubungan seks itu juga kan pilihan masing2 orang, ditanggung risikonya masing2. soal agama dan kepercayaan, semua punya keyakinannya. kalo nggak mau melakukan hubungan, silakan. kalo mau melakukan, harus tau risikonya. kondom? ya fungsinya untuk mencegah kehamilan dan mencegah penularan infeksi menular seksual + HIV.

    Jadi kenapa harus dibilang parah? Gak ada keharusan buat pake kondomnya kok. Dibuang juga gapapa. Tapi sayang sih, kenapa nggak dipake buat latihan, just in case kalo ingin melakukan hubungan seks suatu hari. Makasih :)
    Jumat pukul 22:43 · · 2

  • A :
    R hola jg bro,,,tp itu kan merupakan sarana untuk mempermudah hubungan free sex,,,
    it's ok kalau yang beli udah dewasa dalam pengertian emotional dan pemikiran kalau yang beli itu anak sma yang mau kasih ke pacarnya kan niatny cm mau ngasih coklat malah timbul niat lain ya itu untuk berhubungan seks,, kita kan di negara yang mayoritas muslim seenggakny hargailah dan hormati donk ,,,toh umat muslim di iindonesia jg g ngelarang adanya penjualan kondom diwaralaba2,,,, ya tau dirilah yg minoritas jgn maunya minta dihargai/toleransi terus tapi mereka sendiri gak pernah menghargai apa yg udah mayoritas kasih,,,

    @skenapa gak pola pikirnya aja yang diubah misalny cokelatny dipisah sma kondomnya, kan itu lebh baik ya secara umat islam masih mayoritas seharusny pihak waralaba memahami donk, bukan malah merusak moral para kaulamuda,,,apalagi moment valentine ini,, dari dulu juga cokelat sama kondom udah dipisah kan,,,
    seenggakny itu kan udh memberikan suggesti yg kurang baik pada si pembeli coklat, kalau kondom sm coklatny digabung.
    tadinya cm mau cokelat eh malah jd mau yg lain,,
    Kemarin jam 0:42 · · 2

  • M
    setuju bung di atas, kenapa harus digabung...
    Terserah si penjual? terserah juga akibatnya nanti... Gak hanya mempermasalahkan valentine, coklat, kondom, dan seks. Gw juga mempermasalahkan nama waralaba yang dibelinya, kalo dilihat dari penjelasan Abdul di atas, bakal banyak orang yang berpikiran negatif, lalu efeknya akan menimbulkan kesan buruk terhadap waralaba bersangkutan, dan yang dirugikan adalah orang banyak (pemilik waralaba dengan nama yang sama seluruh Indonesia)
    Kemarin jam 7:54 ·

  • R :
    A oh, jadi menurut lo kondom di coklat itu jadi 'merangsang' konsumennya buat make ya? Hmm kembali ke orang2nya sih gue nggak mau menyalahkan atau membenarkan karena kan setiap orang punya dorongan seksual masing2. Tapi kalo kita bisa lebih cerdas menilai, sebenarnya masalah bukan ada pada kondom, tapi pada otak masing2 orang aja. Kenapa kondom dibilang sarana mempermudah karena pikiran orang langsung tertuju kepada seks ketika liat kondom. Kenapa nggak kita liat sebagai alat pencegah kehamilan, pencegah HIV, pengaman? Maksud gue gini lho, kalo misalnya hadiah kondom itu diganti sama pil KB, apakah masih mau dibilang "parah", "mempermudah hubungan seks", dsb? Coba diliat dari sisi yang sehat dan nggak curigaan deh, semoga bisa membantu.

    Terus, soal mayoritas-minoritas, gue kurang setuju tu. Kenapa kesannya jadi seolah2 mayoritas yang kasih kenyamanan pada minoritas dan minoritas harus tau diri ya? Seolah2 minoritas harus yang terima kasih kpd mayoritas krn diperlakuan baik. Kok kita lihatnya dari segi mayoritas minoritas ya? Menurut gue, respect itu ga ada hubungannya sama siapa yang mendominasi. Respect itu buat ke semua manusia, karena kita beradab. Dan kondom itu, baik dia nempel di coklat ataupun enggak, sebenernya nggak melecehkan siapapun. Itu hanya asumsi dari kekhawatiran yang mengatasnamakan kelompok. Nggak buruk menurut gue, selama kita nggak jadiin sentimen mayoritas-minoritas itu sbg pembenaran bhw karena yang mayoritas adalah golongan tertentu, maka yang lain mesti "maklum". Menurut gue nggak fair aja dan kalo situasinya dibalik, tentu sama nggak fair-nya. Gitu.

    M oh itu sih urusan pasar dan asumsi masyarakat ya. tapi yang pasti kondom di coklat itu strategi pasar kan.
    10 jam yang lalu · · 1

  • S :
    Itu sih tergantung dari diri masing-masing ya, semua hal yang kita lakukan kan ada konsekuensinya. Kita ga bisa maksain semua orang harus sama dengan kita. Mereka punya pilihan masing-masing. Mau dipisah bagaimana pun antara coklat & kondomtidak menjamin akan lebih baik. Justru ketidaktahuan masyarakat (yg membutuhkan) dengan penggunaan kondom justru membuat keadaan semakin buruk, sebab akan lebih banyak penularan penyakit kelamin. Dengan diletakannya kondom disitu juga bukan berarti moral tidak akan rusak. Pengetahuan yang kurang justru itu yang akan merusak moral, karena taunya cuma ga boleh atau boleh tanpa tau konsekuensi yang didapat. Kalo emang udah yakin bahwa melakukan hubungan sex diluar nikah itu salah ya ga bakal ngelakuin kok.

    Oh iya sekedar info orang dngan HIV positif jika menikah dengan orang yang negatif HIV, mereka harus menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual. Nah klo disaat valentine mereka ingin melakukan yg spesial spesial apa disebut merusak moral juga?

    Masalah mayoritas minoritas, ya sama-sama tau diri aja lah. Jangan saling berpikiran negatif.
    10 jam yang lalu · ·
    1

2 komentar:

  1. bagus lis, emang gak dimana-mana kalo udah ngomongin ttg sex itu kayanya masih tabu bget padahal jaman udah modern bget,
    kan bagus yaa kalo pake pengaman, sii cwe gak bakal hamil yg bkin nambah aibnya, gak bakal ada aborsi, gak bakal ada kejadian bayi imut masih berplasenta dibuang dan gak makin byak yg ketularan IMS.
    tapi sayangnya kalo qta ngomongin ttg sex itu udah main cap "fiktor" (fikiran kotor) aja yaa.
    dan aku mengalami itu diblg ngereslah dan apalah macem" padahal ttg reproduksi itu kan qta mesti tau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dibilangnya menghalalkan seks bebas lah, padahal kan seks itu emang harus bebas. Bebas memilih pasangan, bebas milih waktu, bebas milih tempat. Tentunya dengan konsekuensi masing-masing :)

      Hapus